Thursday 7 January 2016

Langkah Maju kebangkitan Chelsea

2015 menjadi tahun anomali bagi Chelsea. Perahu Chelsea ibarat melewati aliran sungai tenang di musim semi ketika menjadi kampiun absolut Liga Primer Inggris plus satu titel Piala Liga. Kegembiraan begitu terasa dan The Blues bersiap melanjutkan perjalanan dengan keyakinan tinggi bahwa masa depan tampak cerah.
Riang tawa di skuat Jose Mourinho mendadak berubah drastis menjadi ratapan duka saat memasuki paruh pertama musim 2015/16. Angin ribut secara tak terduga datang menghantam dan nyaris menenggelamkan perahu Chelsea ke dasar sungai. Chelsea terperosok ke papan bawah klasemen dan sang nahkoda Mourinho didepak. Itulah kisah kejatuhan sang juara bertahan yang terempas telak dari puncak kedigdayaan.
Usai Mou lengser, Guus Hiddink ditugaskan mengambil alih kemudi klub di akhir Desember. Hasilnya, tanda-tanda kebangkitan mulai tampak. Chelsea tak terkalahkan dalam empat laga terakhir: menang dua kali dan imbang dua kali. Yang terkini, Chelsea dinilai telah menampilkan performa terbaik di musim ini saat menggilas tuan rumah Crystal Palace 3-0, Minggu (3/1).
Badai tentu saja belum berlalu. Chelsea masih teronggok di peringkat 14 dan berjarak 13 poin dari target empat besar yang didambakan. Meski begitu, optimisme tetap menyembul terutama setelah Hiddink menunjukkan kinerja positif dalam awal periode keduanya di Stamford Bridge.
Seiring membaiknya performa Chelsea, beberapa pemain menunjukkan rapor apik dan bahkan mengalami transformasi di bawah bimbingan Hiddink. Salah satunya adalah Oscar. Kontribusi Oscar kali ini lebih konkret. Opta mencatat, dalam empat laga terakhir, Oscar memiliki rata-rata jumlah umpan, jumlah tembakan, jumlah dribel yang lebih banyak ketimbang saat sepuluh laga bersama Mou.
Satu gol via titik putih berhasil dicatatkan playmaker Brasil itu dalam kemenangan 3-1 atas Sunderland, laga sebelum Hiddink resmi menukangi manajer. Sempat disorot setelah penaltinya melenceng di akhir laga sehingga Chelsea tiga poin kontra Watford menguap, Oscar langsung bangkit melawan Palace lewat torehan satu gol dan satu assist kepada Willian.
Dalam partai melawan Palace, Costa mampu menepikan egonya sebagai striker seraya mengkreasikan assist kepada Oscar untuk membuka keunggulan sebelum akhirnya ia sendiri mencetak gol pamungkas Chelsea di Selhurst Park. Di laga sebelumnya, Costa sukses mencetak sepasang gol saat Chelsea bermain imbang 2-2 dengan Watford.Perubahan 180 derajat juga dialami Diego Costa. Di bawah arahan Hiddink, striker Spanyol itu kembali subur lewat torehan tiga gol dalam dua partai. Jauh lebih produktif ketimbang saat bersama Mourinho di musim ini di mana Costa cuma mencetak tiga gol dari 16 partai.
Sempat menjadi public enemy di awal musim -- akibat memprovokasi Gabriel Paulista dan Laurent Koscielny, melempar rompi kepada Mourinho, dan segala perangai buruknya di lapangan -- Costa kini seperti terlahir kembali menjadi striker yang bukan cuma menakutkan secara wajah tetapi juga menakutkan secara peforma di lapangan. Seruan untuk membuang Costa kini nyaris tak terdengar.
Namun, yang paling mengejutkan ialah mencuatnya John Obi Mikel sebagai gelandang jangkar andalan. Mikel bermain penuh dalam dua laga terakhir melawan Manchester United dan Palace – sesuatu yang mungkin tidak akan terjadi jika Mourinho masih duduk di dugout.
Pundit Sky Sports, Graeme Souness, mengaku terkesan dengan Mikel yang dalam laga kontra Palace berduet apik dengan Cesc Fabregas. “Seumur-umur, saya belum pernah melihat John Obi Mikel bermain sebagus ini. Dia menjadi bos di lini tengah,” ujar eks pemain dan pelatih Liverpool itu.
Hiddink tak ketinggalan memuji gelandang Nigeria itu. "Dia adalah pemain ideal dalam membawa keseimbangan tim. Saya pikir Mikel bisa jadi pemain kunci. Dia punya naluri bertahan yang bagus, dia tidak bermain dengan cara yang brutal. Dia sangat elegan,” puji pria 69 tahun itu.
Menariknya, Mikel memang punya “hubungan spesial” dengan Hiddink ketika manajer Belanda itu melakoni periode pertama di London Barat pada 2009 lalu. Mikel tampil 16 kali dari total 23 partai yang dipimpin Hiddink kala itu. Chelsea menang 14 kali dan dua kali seri alias tak terkalahkan saat Mikel diturunkan. Tak mengherankan jika Hiddink ingin kisah manis itu terulang tujuh tahun berselang.
Aksi terkini Oscar, Costa, dan Mikel tersebut mengindikasikan bahwa Hiddink telah menempelkan label aman kepada mereka. Dari yang di awal musim sempat disia-siakan, kini ketiga pemain tersebut bisa menjadi kunci kebangkitan Chelsea. Pertanyaan berikut lantas muncul, siapa saja pemain Chelsea yang bakal terbuang?
Menilik bursa transfer Januari yang baru saja dibuka, Hiddink bisa saja melepas pemain yang dinilainya tidak sesuai dengan keinginannya dan menggantinya dengan rekrutan anyar. "Meski bos Anda hanya berstatus interim, ia tetap bisa mencoret Anda. Saya tidak butuh pemain yang tidak punya gairah bermain,” ujarnya mengultimatum pemainnya.
Eden Hazard bisa menjadi korban pertama. Pemain terbaik EPL musim lalu itu mengalami kemunduran yang signifikan. Pintu keluar dari Bridge bisa terbuka lebar jika performa wingerBelgia itu tak kunjung membaik dan klub seperti Real Madrid bersedia merekrutnya. Selain Hazard, pemain yang belum tampil maksimal seperti Cesc FabregasNemanja MaticGary Cahill, hingga bek veteran John Terry juga berpotensi tergusur.
Namun, yang paling rawan dibuang adalah duo penyerang Loic Remy dan Radamel Falcao. Selain hanya berstatus sebagai pelapis Costa, kedua penyerang itu lebih banyak masuk ke bangku perawatan sehingga Hiddink dilaporkan sudah menyodorkan rencana transfer musim dinginnya kepada manajemen klub untuk memboyong striker anyar.
Beberapa nama bermunculan, di antaranya Jamie Vardy (Leicester City), Saido Berahino (West Bormwich Albion), hingga Odion Ighalo (Watford). Beruntung, Chelsea tidak perlu repot-repot untuk memburu striker baru. Pasalnya, Patrick Bamford baru saja resmi balik ke Bridge setelah mempersingkat masa peminjamannya di Crystal Palace enam bulan lebih cepat dari jadwal.
Adapun target transfer besar seperti John Stones (Everton) hingga Antoine Griezmann (Atletico Madrid) nyaris mustahil terwujud pada Januari ini sehingga Chelsea harus menunggu hingga musim panas mendatang, termasuk apakah klub akan mempermanenkan Hiddink. Terlalu banyak bongkar pasang pada Januari hanya akan merusak stabilitas tim yang saat ini sudah mulai nyata terwujud bersama Hiddink.
Chelsea pada akhirnya harus bisa menahan diri untuk melakukan perombakan besar-besaran pada musim dingin ini. Memaksimalkan pemain yang masih ada menjadi kunci, sebab inilah Chelsea yang bermaterikan skuat nyaris identik saat menjadi raja Inggris beberapa bulan lalu. Mari menunggu seberapa ampuh formula Hiddink untuk menuntun Chelsea ke jalur yang benar.

#dikutip dari goal.com

0 comments:

Post a Comment